Senin, 23 Januari 2012

Gubahan Estetika Dalam Seni Rupa.


GUBAHAN ESTETIKA
Dalam seni rupa dikenal istilah “Gubahan Estetika” dalam merespon sebuah karya seni untuk memunculkan sebuah bentuk baru. Istilah ini mungkin kalau dalam seni musik dikenal dengan istilah “Aransemen”, tetapi disini penulis memakai istilah tersebut di atas. Ketika karya seni rupa yang cenderung meniru alam, yaitu melukiskan kondisi alam sesuai dengan aslinya. Pola pelukisan alam memang sudah sangat tua, setua dengan sejarah umat manusia itu sendiri. Mungkin ini dapat ditandai pada jaman Paleolitikum, di jaman itu dapat ditelusri tonggak dalam seni rupa. Di jaman itu dapat kita lihat dalam lukisan-lukisan yang ada di langit-langit gua Chauvet,Lascaux, di Prancis . Lukisan-lukisan gua tersebut menggambarkan binatang-binatang, sebagai presentasi tentang alam yang memberi kehidupan. Dari periode ke periode selanjutnya alam jadi pusat ide,ini bisa dilihat sejak era Prasejarah, Sejarah, Klasik, Renaisance, Modern sampai Kontemporer, alam masih tetap sebagai sumber inspirasi dari para seniman.
Hingga pada era modern muncul pemikiran dan pergerkan tentang konsep-konsep baru dalam seni rupa. Yaitu konsep seni yang tidak hanya mimesis terhadap alam, sehingga muncul gerakan seni rupa yang baru. Mungkin ini dapat ditandai dengan munculnya Surealisme, Dadaisme, Kubisme, dan Abstrak. Walupun tidak murni mengilangkan alam , masih tetap ada nuansa alam, hanya saja ada sedikit perubahan, penambahan,pengurangan dan kombinasi. Berikut akan dijelaskan beberpa konsep atau gubahan dalam penciptaan  karya seni yang  dalam bentuk yang berbeda.
1.       Disederhanakan (Diminimalisasi)
Dalam karya seni rupa ini dapat ditemui gubahan pada bentuk yang disederhankan. Objek dalam karya seni ini memang masih dapat terbaca atau terlihat bentuknya, walaupun tidak sempurna. Ketidaksempurnaan bentuk itu bukan berarti tidak indah atau bagus, justru dengan penyederhanaan bentuk tersebut dapat tercapai nilai artistik yang baru.  Ketika bentuk relistis itu mencapi titik puncak maka akan pengolahan-pngolahan untuk menciptakan bentuk-bentuk seni yang berbeda, untuk mencapai kebaruan dalam estetika. Karya-karya seni rupa yang bercorak minimalis dapat dilihat pada karya seni lukis yang cenderung naïf, dan pop art. Dalam karya-karya tersebut tidak ditemui realis yang benar-benar raelistik,yang timbul hanya kesan bentuk yang sederhana dan tanpa kedalaman.
Salah satu lukisan jenis Naif, yang sederhana tetapi artistik.
2.       Dirubah bentuk (Deformasi)
Ketika dalam karya yang mimesis mencapai titik puncak kreatifitas, maka timbulah ide untuk merubah bentuk tersebut tanpa mengubah subtsansi dari objek tersebut. Kecenderungan ini muncul melalaui proses yang panjang, ketika titik jenuh dalam seni rupa mengampiri maka dari itu muncul konsep baru untuk merespon seni tersebut. Kemunculan pola seperti ini mungkin dapat ditelusuri sejak periode Dadaisme dan Surealisme. Kedua aliran dalam seni rupa ini menandai era pemikiran baru dalam dunia seni. Dimana konsep seni rupa yang baru ini lebih mengekplorasi tema-tema seperti, perang, teknologi, sosial , kemanusiaan, masa depan atau bahkan psikologis (alam bawah sadar). Dalam lukisan-lukisan surealisme dapat dijumpai objek yang terdeformasi, dimana objek dalam lukisan tidak murni sesuai dengan alam, tetapi telah mengalami perubahan bentuk. Karya-karya jenis ini dapat dilihat pada karya-karya maestro surealime seperti Rene Magrite, Salvador Dali, kalau dari negeri sendiri dapat dilihat pada lukisan Ivan Sagita, Agus Kamal dan Effendi.
Burning Giraffe,karya Salvador Dali yang mengubah objek asli menjadi objek yang baru
3.       Dihancurkan (Destruksi)
Bentuk yang paling ektrem  mungkin gubahan dengan pola dihancurkan, pengertian destruksi disini lebih menekankan bentuk yang artistik dan berbeda. Destruksi merupakan puncak gubahan dalam seni rupa, dimana bentuk alam serasa sudah habis untuk diekplorasi. Tetapi disisi lain objek yang ditampilkan merupakan wujud presentasi dari alam, seperti binatang, tumbuhan, atau objek-objek yang lain. Pola penciptaan di seni rupa ini muncul kira-kira pada periode Surealisme, ekpresionisme, sampai kubisme. Bentuk seni yang lebih menekankan pada pola destruksi, dapat dijumpai pada sebagian lukisan Surealisme, dan kubisme. Tetapi yang cukup signifikan adalah pada jenis lukisan Kubisme. Ini bisa dilihat pada lukisan-lukisan Pablo Picasso, yang memecah objek lukisan tersebut hingga nyaris mendekati abstrak.
L'A Ficionado, 1912, karya Pablo Picasso yang menghancurkan objeknya menjadi suatu karya baru.
4.       Dilebih-lebihkan (Distorsi)
Gubahan estetika yang terakhir adalah pola pembentukan objek yang terdistorsi. Pola ini juga sebagai respon dari kejenuhan pada bentuk-bentuk yang realistik, yang mungkin sudah biasa dalam dunia seni rupa. Suatu ide akan terus berkembang untuk mencapai sesuatu yang baru. Begitu pula yang terjadi dalam dunia seni rupa, ide untuk menghasilkan untuk karya seni yang baru dan berbeda akan terus bergolak. Kecenderungan karya dalam bentuk yang terdistorsi dapat dilihat pada karya-karya jenis Dekoratif, Surealisme, Raw art dan Kontemporer. Objek yang terdistorsi dapat berupa bentuk objek yang dibesar-besarkan, dipanjangkan, dilebarkan dan sebagainya. Sehingga objek itu tidak lagi realistik , walaupun bentuk asli masih tetap terlihat. Karya lukisan dengan pola seperti ini banyak di jumpai pada karya-karya seniman negeri kita sendiri seperti  Hendra Gunawan, Richard Winkler, Nasirun dan Bob Sick.
Fruits Of Prosperty, karya Richard Winkler, pelukis kelahiran Swedia yang melukis objek kehidupan di Bali.
5.       Dihilangkan (Abtraksi)
Pola abstraksi dalm seni rupa merupakan puncak dalam rangkaian ide, dalam mengeksplorasi suatu objek. Dimana objek alam dirasa sudah terlalu biasa, sehingga muncullha ide untuk menciptakan sesuatu yang baru. Pola dalam seni rupa abstraksi adalah menghilangkan bentuk secara total, sehingga yang ada hanyalah tanpa objek atau wujud yang real. Dalam lukisan abstrak semua bentuk iti merupakan bentuk-bentuk yang tidak real, semua itu hanya wujud represntasi. Bentuk dalam lukisan abstrak memang tidak terbatas, tidak beraturan, tetapi ada juga yang terkonsep, tapi kesemuanya itu untuk pencapaian tingkat estetika yang baru. Periode abstrak dalam seni lukis dapat ditelusuri sejak periode Impressionisme, dan mulai muncul ketika post-impressionisme dengan tokohnya adalah Paul Cezanne. Ketika itu Paul Cezanne adalah pelukis Post-imprrssionsme, yang dalam lukisannya menggambarkan alam, lingkungan, alam benda. Tetapi progresi lukisan Paul Cezanne, yang semakin lama menuju Abstrak, ini ditandai dengan objek lukisan yang nyaris tidak dapat terbaca. Hingga pada perkembangan lebih lanjut munculah pelukis-pelukis abstrak seperti Jackson Pollock, dengan Abstrak Ekspresionisme. Untuk pelukis abstrak di Indonesia sendiri cukup banyak, mungkin pola penciptaan lukis abstrak cenderung gampang. Siapa saja bisa melukis abstrak, tetapi apakah lukisan itu artistik atau bernilai high art. Mungkin  yang benar-benar konsisten dalam lukisan abstrak mungkin ada beberapa, konsisten dalam tema dan estetika seni rupa.
Salah satu karya lukisan Paul Cezzane, Mount Sain Voctoire, yang hampir Abstrak dalam objeknya.

Lukisan Abstrak, karya pelukis Abstrak Ekpressionisme dari Amerika, Jackson Pollock.

Sabtu, 21 Januari 2012

Fungsi seni dalam kehidupan


FUNGSI SENI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Kemunculan seni rupa atau seni pada umumnya memang sudah sangat tua, sejak mulai zaman Prasejarah seni sudah diciptakan di gua-gua, tempat pemujaan, candi, Bahkan kuburan. Keberadaan seni pada waktu itu mempunyai fungsi yang kontekstual, dimana seni rupa pada periode tersebut mempunyai kepentingan yang sesuai dengan kondisi manusianya. Menjadi jelaslah bahwa kemunculan seni, baik seni yang non fisik dan fisik mempunyai fungsi bagi manusia atau kehidupan manusia. Seni ikut berperan dalam progresi peradaban manusia di dunia, sejak zaman Prasejarah sampai Kontemporer. Berikut akan dijelaskan fungsi seni yang hadir dalam peradaban manusia didunia ini, dalam tulisan berikut akan dijelsakan fungsi seni menurut teori dari L.H. Chapman. Menurut Chapman fungsi dari seni dibagi menjadi enam bagian, yaitu fungsi pribadi,fungsi masyarakat,fungsi fisik, fungsi keagamaan, fungsi pendidikan dan fungsi ekonomi. Berukit ini akan coba saya uraikan dengan bahasa saya sendiri, dan semoga bermanfaat bagi teman-teman pembaca.
Laura. H Chapman
Fungsi seni dalam kehidupan manusia, antara lain :
1.       Fungsi Pribadi (Individual)
Pengertian fungsi seni dalam individu, adalah konsep penciptaan seni yang lebih menekankan pada proses emosional dari sang seniman. Disini peran seniman sebagai kreator dalam menciptakan sebuah karya seni, semua ide, imajinasi, pemikiran dituangkan sehingga menghasilkan sebuah karya seni. Bagi seorang seniman karya seni itu mencitrakan pemikiran dan karakter psikologis dari si penciptanya. Oleh sebab itu ketika seseorang apresiator mengamati sebuah karya seni, disitu dapat dibaca karakter dari si seniman. Bagi seniman juga akan tecapai kepuasan jiwa atau diri, ketika semua konsep pemikirannya telah tertuang dalam karya. Perlu ditekankan disini fungsi individu dari seni itu dapat tercapai dengan sempurna, jika seniman itu berkarya dengan jujur, berkarya dengan hati.
Penulis sedang membuat karya, untuk kepentingan pribadi (individual)

2.       Fungsi Masyarakat (social)
Setiap karya seni yang diciptakan seniman, pada umumnya akan disajikan kepada masyarakat atau audiens. Ketika karya seni itu hadir di dalam masyarakat, maka disitulah terjadi interaksi antara audiens dan karya seni tersebut. Distu karya seni di nikmati, diamati, diapresiasi, sehingga timbullah proses komunikasi. Dalam mengamati sebuha karya seni rupa, apresiator dapat dengan bebas menilai, mencari, dan menggali makna visual dari sebuah karya seni rupa. Fungsi seni dalam masyarakat dibagi menjadi dua bagian yaitu fungsi rekreasi dan fungsi komunikasi. Fungsi seni di masyarakat yang berhubungan dengan rekreasi atau wisata, apabila karya seni itu dikonsep atau diprogram untuk menarik wisatawan. Dalam hal ini para apresiator dapat menikmati sebuah karya seni secara langsung dan tidak lansung. Pengamatan secara langsung ini dapat kita jumpai misalkan pada pameran seni lukisan, pameran patung dan seni publik. Sedangkan apresiasi karya seni yang tidak  langsung, mempunyai pengertian apabila karya seni tersebut tidak dijadikan konsep utama. Artinya sebuah karya seni tersebut hanya sebagai pelengkap dalam suatu acara atau bangunan. Ini dapat dijumpai misalkan lukisan yang terpajang di restaurant, hotel, dan perkantoran.
Salah satu fungsi seni kepada masyarakat, dalam apresiasi karya seni.
Sedangkan fungsi seni dalam pengertian komunikasi adalah, dimana sebuah karya seni itu mempunyai pesan visual yang akan disampikan kepada masyarakat. Dalam konteks ini karya seni menjadi mediator antara sang produsen dengan audiens. Karya seni  rupa dapat dikatakan berhasil menyampaikan pesan, apabila makna dari sebuah karya tersebut dapat dicerna dan dipahami oleh audiens atau apresiator. Kecenderungan karya seni rupa yang mempunyai muatan pesan,dapat dijumpai pada karya seni Reklame. Dengan adanya karya-karya reklame seperti poster, spanduk, neonbox, banner dan pamphlet, sebagai karya seni terapan yang penggunaannya lebih kepada fungsi komunikasi. Perlu dijelaskan lebih  dalam mengenai jenis karya seni diatas, mungkin kurang mempunyai nilai artistik dan lebih mementingkan nilai yang sederhana dan sedikit kerumitan. Tetapi bukan berarti karya tersebut bukan karya seni, semua itu masuk dalam kategorisasi karya seni rupa, jika memiliki nilai estetika yang tinggi. Sebaliknya jika karya seni tersebut , tidak mempunyai nilai estetika yang tinggi, maka karya seni tersebut bisa di kategorikan sebagai jenis Low Art, Pastiche, atau Kisch.
Contoh karya lukisan  jenis Pastiche atau low art
3.       Fungsi fisik.
Pengertian fungsi seni secara fisik  ini erat hubungannya dengan seni pakai atau nilai guna. Karya seni memang dalam kehidupan sehari-hari mempunyai fungsi, sebagai sarana penunjang kehidupan. Kekurangan dari karya seni yang berorientasi pada fungsi fisik yaitu terabaikannya nila estetika dari karya tersebut. Hal ini memang sudah terkonsep dari kreator atau seniman. Pembuatan karya seni tersebut hanya menekankan pada fungsi fisik, enak dipakai, nyaman digunakan dan efesien. Sehingga terdapat kecenderungan karya seni seperti ini mempunyai nilai artistik yang rendah. Karya seni ini dapat kita jumpai di seni kerajinan, seperti kursi, mebel, keramik, perabot, asesoris dan fashion.
Bentuk seni yang berorientasi pada nilai guna
4.       Fungsi Keagamaan (Religious)
Seni rupa atau seni lainnya memang ikut andil dalam ranah agama atau religious. Kemunculan seni rupa sejak zaman pra sejarah sampai modern, secara subtansial terdapat fungsi dalam suatu kepercayaan. Karya-karya seni yang erat hubungannya dengan fungsi religious ini dapat ditelusuri mungkin sejak zaman Renaisans. Di Italia pada abad 15, abad dimana pergolakan pemikiran dan kreativitas dieksplorasi munuju pencerahan. Seniman Renaisans pada waktu itu berkarya untuk kepentingan gereja, denga dukungan dari penguasa atau bangsawan. Peran seniman pada zaman itu sangat berpengaruh dalam menciptakan karya seni yang religious sebagai penunjang peradaban Renaisans. Seniman-seniman terkenal seperti Philipo Brunelesci, Leonardo da Vinci,Michaelangelo, Andrea Mantegna,dan Rphael, melukis dan membuat patung untuk kepentingan gereja. Karya-karya mereka menghiasi gereja-gereja sebagai representasi terhadap tuhan Yesus.
The Last Supper,  salah satu lukisan dari Leonardo da Vinci,yang di lukis pada salah satu gereja
Begitu juga yang terjadi di belahan dunia timur atau dunia Arab. Di wilayah timur yang sebagian besar menganut ajaran islam, memang tidak begitu dominan memunculkan seniman, walaupun itu ada tapi mungkin tidak tereskpos. Karya seni yang bernuansa islami ini, dapat dijumpai pada masjid-msjid berupa kaligrafi Arab. Seni kaligrafi memang identik dengan dunia arab,tetapi bila dipahami lebih dalam pengertian kaligrafi adalah seni tulis menulis atau menulis indah. Oleh sebab itu kaligrafi dapat di jumpai di berbagai perdaban manusia, Bukan hanya di peradaban Islam. Tetapi mungkin dalam perkembangannya kaligrafi Islam lebih dominan, karena faktor banyaknya penganut agama tersebut.
Contoh lukisan kaligrafi Arab
5.       Fungsi Pendidikan (Education)
Fungsi seni dalam dunia pendidikan memang berperan dalam menunjang lancarnya proses belajar mengajar. Dalam konteks ini karya seni sebagai mediator penyampaian pesan dalam proses belajar. Berbagai metode dalam proses belajar mengajar dari mulai metode verbal maupun non verbal. Seni visual atau seni rupa dapat pula diterpakan dalam pendidikan. Ketika pesan verbal itu perlu sarana pendukung dalam bentuk visual, maka dapat dihadirkan dalam bentuk gambar, lukisan, ilustrasi, ataupun poster. Seni visual mungkin lebih efektif dalam penyampaian gagasan, idea tau cerita, dengan ditunjang olah verbal. Dengan demikian jelaslah seni dapat sebagai penunjang dalam dunia pendidikan.
Contoh gambar ilustrasi, sebagai sarana penunjang dalam pendidikan
6.       Fungsi Ekonomi (Economic)
Ketika seniman menciptakan sebuah karya seni, tentunya mempunyai tujuan yang akan dicapainya. Tujuan dari diciptakannya karya seni adalah pencapaian nilai artistik, hadirnya makna. Tetapi disamping itu mempunyai tujuan yang atau fungsi lain yaitu fungsi ekonomi. Dapat dikatakan “seniman juga butuh makan, butuh tempat tinggal”. Karya seni yang hadir dengan tujuan komersil, perlu dipertanyakan nilai estetikanya. Jangan sampai hanya karena tujuan komersil, nilai artistik diabaikan. Tentunya fenomena ini dapat dijumpai di kehidupan sehari-hari. Pertimbangan dari karya seni yang berorientasi  pada nilai ekomomi adalah untung rugi. Ketika seniman membuat karya dengan jenis media dan ukuran yang berbeda, tentunya nilai komersil dari sebuah karya seni itu akan berbeda.
Pelukis jalanan, yang lebih berorientasi pada nila profit
Karya-karya seni yang tujuan utamanya adalah nilai ekonomis, umumnya adalah seni terapan seperti arsitektur, reklame, kriya atau kerajinan dan grafis poster. Tetapi bukan berarti seni murni tidak komersil, seni murni seperti lukisan , patung dan grafis juga bersifat komersil. Tetapi konteks dalam seni murni memang lebih menekankan pada nilai artistiknya. Sehingga secara tidak langsung timbul nilai komersil dari karya tersebut. Dalam dunia seni rupa tidak sedikit dijumpai seniman-seniman kaya. Secara mendasar sifat seni disamping mempunyai nilai estetika juga nilai komersil. Nilai komersil dari seni murni adalah imbas atau efek yang ditimbulkan. Bahkan bila ditinjau lebih dalam nilai jual seni murni seperti lukisan, patung, kadang tidak sebanding dengan media yang di gunakan. Misalkan sebuah lukisan bisa berharga 20 juta sampai 1 milyar atau bahkan lebih. Itulah penghargaan pada sebuah nilai estetika dari karya seni rupa.