MENUMBUHKAN KREATIVITAS MELALUI
PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN SENI RUPA DAN KETRAMPILAN
DI SEKOLAH DASAR (SD)
Abstrak
Dalam dunia pendidikan pada
umumnya mengajarkan para anak didik untuk menjadi pintar dan cerdas. Tetapi
disisi lain pendidikan juga harus mempertimbangkan unsur kreativitas pada anak
didik. Salah satunya adalah melalui pembelajaran pendidikan seni rupa dan
ketrampilan. Seni rupa sebagai salah satu mata pelajaran seni yang ada di
sekolah dasar (SD), dalam konteks ini menjadi penting. Melalui pendidikan seni,
anak pada usia sekolah dasar dapat memunculkan kretivitasnya . Pendidikan seni
rupa di sekolah dasar merupakan salah satu mata pelajaran yang mengajarkan
kreativitas melalui bentuk kreasi seperti menggambar, menempel, melipat,meronce,
membatik, ornamen, dan kerajinan.
Tulisan ini mencoba
menjelaskan dan memaparkan bagaimana peran pembelajaran seni rupa dan
ketrampilan dapat memumbuhkan kreativitas siswa dalam dunia pendidikan.
Disamping itu peran guru juga dituntut untuk dapat menguasai materi pendidikan
seni, dan tidak mengesampingkan mata pelajaran tersebut. Sebagaimana yang
terjadi di dunia pendidikan di sekitar kita, pelajaran seni masih di anggap
tidak terlalu penting.
Kata Kunci : Kreativitas, pendidikan
seni rupa dan ketrampilan, SD.
A. PENDAHULUAN.
1. Latar Belakang.
Dunia pendidilkan secara fundamental memang
mengajarkan anak didik untuk menjadi pintar dan cerdas. Tetapi kepintaran dan
kecerdasan saja tidak cukup, perlu adanya nilai tambahan yaitu kreativitas.
Kreativitas dalam konteks ini menjadi penting, karena merupakan salah satu
unsur yang tidak boleh di abaikan dalam bidang pendidikan. Karena pada umumnya
manusia menyimpan potensi-potensi bawaan yang dimiliki sejak lahir. Dan
kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimilki oleh manusia.
Dan tujuan pendidikan adalah memunculkan potensi yang
ada dalam diri individu tersebut. Lebih jauh potensi yang dimiliki tiap
individu memang tidak tunggal, tetapi bervariasi sesuai dengan kapasitas
individu tersebut. Potensi manusia meliputi (1) badan dengan pancaindera, (2)
potensi berfikir, (3) potensi rasa, (4) potensi cipta meliputi daya cipta,
kreativitas, fantasi, khayal dan imajinasi, (5) potensi karya, (6) potensi budi
nurani yaitu kesadaran budi, hati nurani, dan kata hati.[1] Itulah
potensi-potensi bawaan yang dibawa manusia sejak lahir, dan ada yang
beranggapan faktor eksternal tidak memengaruhi potensi tersebut.
Potensi-potensi bawaan yang dibawa sejak lahir
merupakan anugerah dari Tuhan dan manusia tinggal membangkitkannya. Dan dalam filsafat
pendapat tentang anugerah atau potensi bawaan sejak lahir di kenal dengan
istilah Nativisme. Teori Nativisme dipelopori oleh Schopenhauer (1788-1860)
yang bependapat bahwa bayi manusia sejak lahir sudah dikarunia bekal bakat dan
potensi baik dan buruk. Sehingga anak sudah membawa bakat atau potensinya
sendiri-sendiri. Pengaruh dari eksternal dianggap tidak akan memengaruhi.[2]
Dengan adanya potensi bawaan pada anak, maka akan
dengan mudah memunculkan potensi-potensi yang ada. Dimana salah satu unsur bawaan
sejak lahir adalah kreativitas, yaitu potensi untuk mencipta tanda dalam
istilah semiotika. Jadi selain kecerdasan dan kepintaran anak didik dalam salah
satu mata pelajaran di sekolah, kreativitas merupakan salah satu usur penting
dalam dunia pendidikan. Kreativitas bukan saja milik siswa, tetapi semua elemen
pendidikan di tuntut untuk kreatif dalam menyusun dan menyampaikan materi ajar.
Kreativitas membantu kalangan pendidik untuk mengajar lebih efektif. Dengan
menyadari pentingnya kreativitas, para praktisi dunia pendidikan Indonesia bisa
merancang lingkungan dan kurikulum sekolah yang mampu menciptakan murid-murid
yang kreatif. Beberapa penelitian psikologi terbaru berhasil membuktikan
kreativitas lebih penting dari IQ untuk menentukan keberhasilan siswa di
kemudian hari.[3]
Pada intinya kreativitas tidak dapat diabaikan dalam
segala bidang, termasuk dalam dunia pendidikan. Maka dari itu alangkah baiknya
jika di kalangan pendidik mempunyai kreativitas dalam berfikir ataupun dalam
kesenian. Lebih jauh masalah kreativitas
juga termasuk dalam salah satu tujuan pendidikan Nasional. Menurut pasal 3 UU
No. 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan nasional yaitu “untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. “.[4]
Dengan demikian jelas bahwa kreativitas merupakan
salah satu elemen yang dikandung dalam undang-undang tentang pendidikan
nasional. Maka dari itu hendaknya pendidik dapat mentransfer nilai-nilai kreatif
kepada anak didiknya. Salah satu bentuk pembelajaran yang kaya akan unsur
kreatif adalah melalui pembelajaran seni rupa dan ketrampilan. Dimana pola
pendidikan seni rupa dan ketrampilan menitikberatkan pada proses pengolahan
rasa dan cipta, disamping di dukung secara teoritik. Melalui pendidikan seni
rupa dan ketrampilan di tingkat sekolah dasar (SD), diharapkan anak didik dapat
memunculkan kreativitasnya dalam mencipta bentuk karya seni rupa.
2. Rumusan Masalah.
Dari latar belakang masalah di atas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut : bagaimana mengenali kreativitas dan
menumbuhkan kreativitas anak melalui
pembelajaran seni rupa dan ketrampilan di sekolah dasar?
3. Tujuan
Penulisan.
Tujuan dari tulisan ini
mencoba memaparkan apa itu kreativitas. Serta peran pembelajaran pendidikan
seni rupa dan ketrampilan sebagai stimultan untuk dapat memunculkan dan
menumbuhkan sifat kreatif pada anak didik.
B. PEMBAHASAN.
1. Mengenal
Kreativitas.
Kreativitas tentunya bukan merupakan istilah baru
dalam kamus kehidupan kita. Semua individu tentunya ingin menjadi kreatif dalam
segala bidang termasuk dalam dunia pendidikan. Sebelum membahas lebih jauh
tentang kreativitas, ada baiknya mengetahui apa definisi dari kreativititas itu
sendiri. Tetapi dalam mendefinisikan apa
itu kreativitas bukanlah perkara mudah. Sulitnya menemukan definisi yang tepat
untuk kreativitas, dikarenakan kreativitas bukanlah monopoli satu disiplin ilmu
tertentu.[5]
Kreativitas ada dan diperlukan dalam semua disiplin ilmu, tidak hanya dalam
kesenian. Maka dari itu kreativitas menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam
beberapa disiplin ilmu.
Ensiklopedia Inggris Modern mendefinisikan kreativitas
sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, seperti solusi untuk
masalah atau penampilan baru, nilai seni, atau metode baru[6]. Dari
pengertian tersebut di atas, kreativitas lebih menitikberatkan pada unsur
mencipta dan memilki kebaruan. Hal ini akan relevan dengan pembelajaran seni
rupa dan ketrampilan yang akan di bahas lebih lanjut. Karena dalam seni atau
kesenian terdapat sifat yaitu mencipta dan mencari unsur baru dalam bentuk.
Tetapi kreativitas memang tidak sesederhana itu, kreativitas tidak melulu
dihubungkan dengan bakat dan kesenian.
Sementara orang menganggap kreativitas sama dengan
keberbakatan, sedangkan sementara pendapat mengkaitkannya dengan perkembangan
penalaran dan afektif, tetapi semua itu merupakan pengertian yang terbatas.[7] Memang
kreativitas tidaklah sesederhana itu, kreativitas mengandung banyak arti dan
kompleks. Tetapi dalam konteks penulisan ini adalah kreativitas yang merupakan
kreasi dalam menciptakan bentuk dan inovasi baru melalui kesenian, khususnya
seni rupa. Dunia seni menurut pandangan penulis adalah salah satu penyumbang
kreativitas terbanyak dalam konteks disipllin ilmu.
Maka dari itu terkait definisi tentang kreativitas
yang belum tuntas dan akan selalu berkembang sesuai dengan tuntutan Zaman dan
dinamika sebuah pemikiran. Definisi kata tersebut selalu berubah sesuai dengan konteks zaman. Di era ketika
seni dipengaruhi oleh agama-agama, kreativitas selalu dihubungkan dengan
adikodrati. Di zaman Renaissance, gerakan humanisme menempatkan kreativitas
sebagai salah satu sarana ekspresi individu. Bakat individu adalah sumber
kreativitas.[8] Karena individu adalah
sumber kreativitas sesuai dengan teori nativisme, maka terdapat proses
kreativitas dalam diri individu tersebut.
Proses kreativitas dapat didefinisikan secara ilmiah
sebagai gejala psikologis internal untuk aktivitas berkreasi yang meliputi
saat-saat tertentu dan dinamika psikologis.[9]
Kreativitas dihubungkan dengan gejala psikologis dari individu terntentu, maka
dari itu kreativitas memang sudah ada dalam diri manusia. Lebih jauh tentang
kreativitas yang dipunyai manusia memiliki perspektif yang khas, sebagai salah
satu potensi dari dalam. Adapun pesrpektif tentang kreativitas dapat di
simpulkan menjadi empat kesimpulan :
1. Bahwa daya
kreatif tumbuh dari dalam diri seseorang dan merupakan pengalaman yang paling
mendalam dan unik bagi sesorang.
2. Bahwa untuk itu
diperlukan satu suasana yang kondusif yang menggambarkan kemungkinan tumbuhnya
daya tersebut.
3. Bahwa
kreativitas memilki dimensi intuitif yang sangat berpengaruh terhadap timbulnya
proses kreatif serta melibatkan fungsi rasio, rasa, dan ketrampilan.
4. Bahwa
kreativitas memiliki perspektif proses dan produk serta tahap, tingkat, dan
urutan tertentu.[10]
Sifat kreatif yang sudah ada dalam
diri individu memerlukan proses untuk memunculkannya. Dan tentunya sifat
kreativitas dalam diri indidividu mempunyai tingkatan yang berbeda pula.
Kreativitas dalam diri
individu dapat di dorong untuk dapat muncul dan berfungsi secara optimal. Faktor-faktor
individual pendorong kreativitas dapat dirangkum dalam beberapa poin berikut
ini.
a. Kekayaan
imajinasi
b. Pemikiran yang
jelas
c. Kemampuan untuk
mengamati secara saksama.
Faktor-faktor individual yang dapat mempercepat proses kreativitas adalah
:
a. Berpikir dengan
tenang sebelum tidur.
b. Mengubah tempat
setiap saat
c. Kemampuan untuk
bersikap tenang
d. optimis[11]
itulah beberapa poin yang dapat
dipraktikan dalam rangka memndorong dan mempercepat kreativitas. Dengan
mempraktikan apa yang telah disebutkan di atas bukan tidak mungkin kita menjadi
individu yang kreatif. Karena kreatif adalah milik semua orang, dan semua orang
tentunya ingin selalu menjadi kreatif dan punya inovasi baru.
Tetapi
tidak semua orang mempunyai kreativitas yang sama, semua itu tergantung
kapasitas fikir dari tiap individu tersebut. Adakalanya tingkat kreativitas
individu satu dengan yang lain berbeda. Dengan adanya tingkatan yang berbeda
tersebut, maka akan di hasilkan bentu kreasi yang berbeda pula. Menurut Calvin
Taylor[12] membagi
tingkat kreativitas menjadi lima tingkatan antara lain :
1.
Ekspresif.
Intinya adalah ekspresi bebas
mengenal berbagai ketrampilan serta originalitas, sedangkan jenis produk
bukanlah hal yang penting. Hal yang dapat dilihat dan paling menonjol pada
orang-orang di tingkatan ini adalah dua sifat, yaitu spontanitas dan kebebasan
berekspresi.
2.
Produktif.
Orang-orang mengalami peralihan dari
tingkatan ekspresif menuju tingkatan produktif dalam kreativitas -ketika
ketrampilannya berkembang- sehingga mereka dapat menghasilkan karya-karya
sempurna. Produk itu dapat dikatakan
kreatif, ketika seseorang mencapai tingkat keberhasilan tertentu. Dengan
demikian, produk tersebut tidak diilhami dari karya orang lain secara mutlak,
tetapi merupakan karya tersendiri yang belum pernah ada sebelumnya.
3.
Inovatif.
Tingkatan kreativitas ini tidak
membutuhkan ketrampilan atau kepandaian, tetapi menuntut fleksibilitas dalam
memahami hubungan-hubungan baru yang tidak dikenal antara beberapa bagian yang
saling terhubung dan telah ada sebelumnya.
4.
Kreatif.
Level berikut ini membutuhkan kamampuan yang kuat untuk
membuat konsepsi abstrak yang ada, ketika prinsip-prinsip dasar itu dipahami
secara sempurna. Sehingga memudahkan orang kreatif untuk memperbaiki dan
mengembangkannya.
5.
Iluminasi.
Ini adalah gambaran pemahaman paling
tinggi yang mengandung suatu konsepsi dari prinsip yang benar-benar baru dalam
tingkatan yang paling banyak abstraknya.
Lebih
jauh tentag kreativitas, bahwa kreatif merupakan salah satu dari inventori dari
otak kanan manusia. Dan pernyataan tersebut sudah lama kita dengar, dan sudah
menjadi kajian yang menarik dalam kreativitas.
Selama
puluhan tahun, kita telah terbiasa menghubungkan istilah ‘otak kanan’ dengan
keahlian artistik (dan kreativitas) dan otak kiri dengan cara berpikir yang logis, linier, dan analitis.[13] Dengan
demikian memang terdapat perbedaan antara otak kanan dan otak kiri. Sehingga
kita mengenal istilah IQ (inteligence quantum) dan EQ (emotional
quantum), itulah yang membedakan cara kerja otak kanan dan otak kiri. Para
ahli yang meneliti sejak 1930-an percaya bahwa otak kiri adalah otak rasional,
yang kaitannya dengan IQ, lebih bersifat logis, aritmatik, verbal, segmental,
fokus, serial (linear), mencari perbedaan, dan tergantung dengan waktu.
Sedangkan otak kanan adalah otak emosional, yang erat kaitannya dengan EQ,
bersifat intuitif, spasial, visual, holistik, difus, paralel (leteral), mencari
persamaan dan tidak tergantung pada waktu.[14]
2. Kreatif Dengan Seni Rupa dan Ketrampilan.
Di atas telah di jelaskan bahwa tiap
individu atau anak sudah mempunyai potensi dari dalam. Dimana hal tersebut
sesuai dengan teori nativisme yang di cetuskan oleh Schopenhauer. Salah satu
potensi yang ada adalah potensi cipta meliputi daya cipta, kreativitas,
fantasi, khayal dan imajinasi. Hal tersebut relevan dengan salah satu disiplin
ilmu yaitu seni. Dalam pendidikan di sekolah dasar seni merupakan salah satu
mata pelajaran yang pokok. Walaupun ada beberapa pihak yang beranggapan
pendidikan seni budaya (SBK) tidak terlalu penting. Tetapi pada kenyataanya
pembelajaran seni budaya tidak dapat dihilangkan, sebagaimana hal itu tercermin
pada kebijakan kurikulum 2013.
Kebijakan kurikulum pendidikan dasar
dari setiap periode pemerintahan di negeri ini, memang tetap mempertimbangkan
nilai budaya dan seni. Dimana secara historis memang bangsa kita mewarisi nilai
budaya yang kaya, seperti candi-candi, batik, kesenian rakyat, kerajinan, tari
tradisional, dan seni pertunjukan lainnya. Selain itu pendidikan seni dan
budaya di sekolah dasar merupakan salah satu mata pelajaran yang kaya akan
unsur kreativitas. Sebuah mata pelajaran yang sesungguhnya menebarkan banyak
fungsi: sebagai forum kreasi dan rekreasi, ventilasi psikologis, medium
penghiburan, pembangkit rasa percaya diri. Bahkan menurut penulis dan pemikir
budaya Amerika Serikat Doroty Parker (1893-1967), sebagai bentuk katarsis, atau
“alat penyucian diri” (art is form catharsis)[15].
Dalam konteks penulisan ini adalah
tentang pendidikan seni rupa dan ketrampilan yang kaya akan proses penciptaan
dan ide kreatif. Pendidikan seni rupa dan ketrampilan meliputi berbagai macam
kreasi dan bentuk, yang dapat menstimulus kreativitas anak dalam mencipta
bentuk baru. Materi yang di ajarkan dalam seni rupa dan ketrampilan tidak hanya
menggambar, tetapi banyak kreativitas lainnya yang variatif. Berikut akan di
jelaskan materi seni rupa di tingkat sekolah dasar (SD), materinya antara lain.
:
1.
Menggambar.
Menggambar atau drawing berasal dari bahasa
Inggris to draw yang berarti menarik, menghela, menyeret, membentanng.
Pengertian menarik menghela di atas adalah menarik garis-garis yang diciptakan
menggunakan media seperti pensil, pastel, spidol atau media lainnya. Jadi
secara umum pengertiannya adalah suatu
karya yang dibuat dengan menggunakan garis maupun bloking, atau kombinasi dari
kedua hal tersebut. Biasanya menggunakan warna dan dikerjakan dengan material
yang bersifat kering.[16] Gambar
yang dapat dipraktikan seperti gambar ilustrasi, gambar dekoratif, kartun,
ornamen, dan gambar imajinatif.
2.
Menempel (kolase/montase).
Menempel atau kolase adalah membuat karya seni rupa
dengan mengomposisikan potongan gambar dari majalah atau koran yang kemudian
dapat direspon dengan menggunakan warna atau cat. Guntingan majalah tersebut di
potong sesuai dengan pola gambar, kemudian di komposisikan baru setelah itu
dapat ditempel di atas kertas. Untuk dapat lebih artistik dapat ditambah dengan
pewarnaan dengan menggunakan pastel atau pensil warna.
3.
Mencetak.
Pengertian mencetak disini adalah membuat karya seni
dengan mencetak atau seni grafis menggunakan bahan yang paling sederhana dan
menggunakan cat sebagai medianya. Dalam seni cetak sendiri di kenal beberapa
teknik seperti, cetak datar, cetak dalam, cetak saring dan cetak tinggi. Teknik
yang paling sederhana yang dapat diaplikasikan di sekolah dasar cetak datar dan
cetak saring. Cetak datar dapat memanfaatkan benda disekitar, seperti buah
belimbing yang di potong kemudian dilaburi cat selanjutnya dicetak di atas
kertas. Dapat juga menggunakan pelepah pisang, kertas, jari tangan dan benda
sejenisnya. Kemudian cetak saring menggunakan bahan kertas yang di lubangi
dengan gunting sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Bentuk bentuk yang
sederhana seperti segitiga, lingkaran, elips, kubus, bintang, bulan, matahari
dan bentuk geometris lainnya.
4.
Lukisan Jari (finger painting).
Lukisan jari secara teknis merupakan salah satu bagian
dari seni cetak, yaitu cetak datar. Pada prinsipnya proses finger paint adalah
bebas, yang terpenting adalah bahwa lukisan tersebut menggunakan jari-jari
tangan. Bahan-bahan yang digunakan antara lain cat, kertas atau perlengkapan
melukis lainnya. Sedangkan untuk jenis karya yang dilukis bebas, seperti
abstrak, realistis, atau naturalis disesuiakan dengan selera anak. Tetapi harus
ada acuan gambar sehingga akan mempermudah proses pembuatan.
5.
Meronce.
Meronce merupakan bentuk kreasi dari seni rupa yang
tergolong dalam kerajinan tangan (handycraft). Kerajinan artinya barang
yang dihasilkan melalui ketrampilan tangan. Selanjutnya, meronce adalah teknik
membuat benda pakai atau benda hias dari bahan manik-manik atau biji-bijian
yang dirangkai dengan benang.[17] Dari
teknik meronce tersebut akan didapat karya seni yang seperti, gelang, kalung,
anting, tirai pintu atau jendela, ikat pinggang dan kap lampu. Dan secara
historis meronce merupakan salah satu kerajinan nenek monyak kita yang perlu
dilestarikan.
6.
Menganyam.
Mengayam adalah pembuatan karya seni kerajinan dengan
teknik menganyam menggunakan bahan-bahan yang elastis seperti daun pandan,
kertas, plastik dan bambu, dan diatur sedemikian rupa sehingga menjadi karya
yang artistik. Mengayam merupakan kegiatan yang dilakukan oleh berbagai suku
yang ada di Indonesia, dan anyaman merupakan warisan budaya bangsa yang wajib
dilestarikan. Teknik anyaman ada beberapa corak, ada corak kembang jeruk, corak
udan riris, corak tapak jalan, corak kepang walik, corak iris tempe dan corak
langkah tiga.[18]
7.
Membatik.
Batik merupakan seni yang menjadi ciri khas bangsa
Indononesia, dan batik merupakan warisan budaya yang wajib kita lestarikan.
Membatik pada umumnya menggunakan media lilin yang dipanaskan dan pewarna alam.
Dan proses pembuatan pola atau motifnya menggunakan canting. Motif pada batik
memang sangat kaya dan variatif, setiap daerah memiliki motif khasnya sendiri.
Membatik dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain teknik perintangan
dengan lilin, teknik colet, dan teknik celup ikat.[19] Praktik
yang paling sederhana yang dapat dipraktikan di SD, adalah benda pakai seperti
sapu tangan, ikat kepala, taplak meja, atau sarung bantal.
8.
Ketrampilan.
a.
Seni Daur Ulang (Recycle).
Seni daur ulang atau disebut dengan istilah recycle,
adalah pembuatan karya seni rupa dengan merespon barang-barang bekas yang
tidak terpakai seperti kardus, plastik, kaca, dan barang bekas lainnya, yang
diolah secara artistik dan menjadi benda seni yang indah dan berguna. Seni daur
ulang memanfaatkan barang yang tidak berguna sisa dari industri, yang kemudian
di olah menjadi benda seni yang menarik. Benda seni dari ketrampilan mendaur
ulang ini antara lain, pigura dari kardus, dompet dari plastik, vas bunga dari
botol bekas, kap lampu, lampion, tempat perhiasan, tempat pensil dan masih
banyak lagi. Selain kreatif memenfaatkan barang bekas, kita juga membantu dalam
program kebersihan sampah di lingkungan sekitar kita.
b.
Seni Origami.
Seni origami merupakan seni melipat kertas yang
berasal dari Jepang. Kesenian tradisional Jepang tersebut sudah populer di
bebagai negara, termasuk Indonesia.
Karena kepopuleran dan praktis dalam mempraktikannya, sehingga origami
seakan sudah menjadi bagian dari ketrampilan sehari-hari. Bentuk-bentuk yang
dapat dibuat dengan teknik lipatan tersebut mulai dari yang paling sederhana sampai dengan
tingkat kesulitan yang ekstrim. Bentuk yang sederhana dapat dipraktikan di
sekolah dasar antara lain bentuk seperti, perahu, pesawat, bola, topi, burung,
katak, anjing laut, kura-kura dan masih banyak lagi.
c.
Benda konstruksi.
Teknik membuat benda konstruksi merupakan salah satu
ketrampilan yang termuat dalam materi pendidikan seni budaya dan ketrampilan di
sekolah dasar (SD). Benda konstruksi dapat dibuat dari pelbagai bahan dengan
teknik yang beragam pula. Ada teknik konstruksi dari kertas yang pembuatannya
dengan teknik lipat dan rekat. Ada benda konstruksi kayu dengan teknik klem dan
paku. Ada benda konstruksi pipa paralon yang pembuatannya dengan teknik
sambung.[20]
Itulah beberapa materi ajar yang
dapat diterapkan dalam pembelajaran seni rupa dan ketrampilan di tingkat
sekolah dasar. Sehingga dengan adanya pembelajaran seni yang efektif dan sesuai
kurikulum, diharapkan peserta didik dapat menjadi kreatif dan terampil. Sehingga
isi dari pendidikan dapat tercapai melalui pembelajaran yang aktif dan kreatif.
Isi pendidikan berupa (1) nilai, (2) pengetahuan (3) ketrampilan. Sedangkan isi
pengajaran adalah (1) pengetahuan dan (2) ketrampilan.[21]
Pembelajaran yang efektif tersebut memang harus membutuhkan kerjasama dari
berbagai unsur pendidikan, salah satunya adalah pendidik atau guru.
C. PENUTUP.
1.
Kesimpulan
Kreativitas merupakan bagian penting
selain kecerdasan yang di miliki oleh anak didik. Melalui pola pembelajaran
yang kreatif dan melalui pelajaran seni, seperti seni rupa diharapkan anak
dapat memunculkan sifat kreatifnya. Melalui kegiatan membuat karya seni rupa
yang bervariatif, maka anak dapat memunculkan potensi daya ciptanya. Dan disisi
lain guru juga sebagai pendidik dapat mentransfer nilia-nilai kreativitas
tersebut melalui pembelajaran seni dan pembelajaran mata pelajaran lain yang
kreatif. Guru juga harus dituntut kreatif menguasai materi pelajaran seni dan
tidak mengabaikan mata pelajaran tersebut. Sehingga anak didik dapat memunculkan
ide dan imajinasi kreatifnya dengan berkarya seni.
Jangan sampai para pendidik
menghambat kreativitas siswa dalam menyalurkan minat dan bakatnya. Dalam arti
kreativitas atau imajinasi siswa dalam menciptakan karya seni dapat berkembang
sesuai dengan imajinasi dan lingkungan sekitar. Disengaja atau tidak,
murid-murid telah dikirikan sedemikian rupa, di mana kreativitas dan imajinasi
mereka di kerangkeng. Makanya, di seluruh Indonesia, jika murid-murid diminta
menggambar pemandangan jadilah gambar gunung dengan embel-embel matahari, sawah
dan jalan. Yah, itu-itu saja.[22] Itulah
pola lama yang terjadi dalam dunia pendidikan kita, khususnya pendidikan seni
rupa. Pola tersebut membuktikan tidak adanya kreativitas atau kebaruan ide dalam
dunia pendidikan.
Maka dari itu para guru dituntut
untuk lebih kreatif dalam menciptakan pembelajaran yang menarik dan efektif. Sehingga
murid dapat memunculkan sifat kreatifnya, diimbangi pula dengan kecedasan atau
intelegensi. Dengan menanamkan nilai-nilai kreatif sejak dini melalui sekolah
dasar, maka diharapkan para penerus bangsa ini menjadi generasi yang kreatif
dalam segala bidang. Melalui pendidikan seni yang mempunyai unsur kreatif yang
kaya, maka para guru hendaknya dapat mempraktikan pendidikan seni secara
menarik dan inovatif. Catatlah baik-baik, bangsa Jepang menjadi bangsa yang
kreatif karena membiasakan diri dengan gambar, musik, dan menulis huruf kanji
sejak pra-sekolah sampai sekolah dasar. [23] Itulah
beberapa praktik seni yang diterapkan dan dilakukan oleh bangsa Jepang untuk
dapat memunculkan sikap kreatif terhadap anak didiknya di tingkat sekolah.
Diharapkan Indonesia dapat mengikuti apa yang dilakukan oleh Jepang tesebut.
Mungkin, karena kebiasaan tiga kebiasaan itu pula, tanpa tedeng aling-aling
sekolah dasar di Jepang menjadi sekolah dasar terbaik di dunia.[24]
2.
Saran-saran.
Melalui pendidikan yang berbasis
kreasi seperti seni, diharapkan para anak didik dapat memunculkan
kreativitasnya sesuai dengan minat dan bakatnya. Pelajaran seni rupa dan
ketrampilan di sekolah dasar merupakan salah satu mata pelajaran yang pokok dan
penting, karena dapat memunculkan dan menumbuhkan kreativitas. Maka dari itu
para pendidik hendaknya tidak mengabaikan mata pelajaran tersebut, karena semua
mata pelajaran mempunyai tujuan dan hasil yang akan dicapai. Secara umum
pelajaran Seni budaya dan Ketrampilan (SBK), wajib dan tetap harus ada dalam
kurikulum pendidikan di Indonesia. Karena dalam seni itu terkandung nilai kreativitas,
dan seni merupakan hasil dari budaya manusia yang sudah menjadi bagian dari
suatu peradaban manusia.[]
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hajjaj, Yusuf Abu.
2010. Kreatif atau Mati. Solo: Ziyad Visi Media.
Arifin, It Pin MBA. 2012.
Ketika Arcimedes Berteriak “Eureka!”. Jakarta:Elex Media Komputindo.
Dermawan, Agus T. 2004. Bukit-Bukit
Perhatian. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Kurnia, Novi,
Supriyatingtyas. 2010. SBK 5 Seni Budaya dan Ketrampilan. Jakarta:Pusat
Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional.
Narimo, Katminingsih Eka.
2010. Seni Budaya dan Ketrampilan untuk SD/MI kelas IV. Jakarta:Pusat
Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional.
Santoso, Ipho PhG. 2008. 13
Wasiat Terlarang! Dahsyat dengan Otak Kanan. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Semiawan, Conny R,
Putrawan, I Made, Setiawan, TH.I,. 2010. Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu.
Bandung:Remaja Rosda Karya.
Siswoyo, Dwi dkk. 2008. Ilmu
Pendidikan. Yogyakarta:UNY Press.
Subekti, Ari, Rantinah,
Supriyatiningtyas, 2010. Seni Budaya dan Ketrampilan Kelas IV SD/MI.
Jakarta:Pusat Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional.
Sugianto, Wardoyo. 1999. Diktat
Pengetahuan Bahan Seni Lukis,Yogyakarta: Fakultas Seni Rupa Institut Seni
Yogyakarta.
[1] Dwi Siswoyo, dkk., Ilmu
Pendidikan, (Yogyakarta : UNY Press, 2008), hlm. 80.
[2] Ibid., hlm. 93.
[3] It Pin Arifin, MBA, Ketika
Archimedes Berteriak “Eureka!” (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2012),
hlm. xix.
[4] Dwi Siswiyo, dkk., Ilmu.......hlm.82.
[5] It Pin Arifin, MBA, Ketika
Archimedes.....hlm.23.
[6] Yusuf Abu Al-Hajjaj, Kreatif
atau Mati, (Solo:Ziyad Visi Media, 2010),hlm.16.
[7] Prof. Dr. Conny R.
Semiawan, Dr.I. Made Putrawan, Dr.TH.I. Setiawan, Dimensi Kreatif Dalam
Filsafat Ilmu,(Bandung :Remaja Rosdakarya,2010),hlm.60.
[8] It Pin Arifin, MBA, Ketika
Archimedes.....hlm.23.
[9] Yusuf Abu Al-Hajjaj, Kreatif
atau.......hlm.23.
[10] Prof. Dr. Conny R.
Semiawan, Dr.I. Made Putrawan, Dr.TH.I. Setiawan, Dimensi Kreatif Dalam.....hlm.66.
[11] Yusuf Abu Al-Hajjaj, Kreatif
atau.......hlm.49.
[12] Yusuf Abu Al-Hajjaj, Kreatif
atau.......hlm.25-26.
[13] It Pin Arifin, MBA, Ketika
Archimedes.....hlm.103.
[14] Ippo Santoso, 13
wasiat terlarang! Dahsyat dengan otak kanan (Jakarta:Elex Media Komputindo,2012),
hlm.XXII.
[15] Agus Darmawan T, Bukit-Bukit
Perhatian (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,2004), hlm.185.
[16] Wardoyo Sugianto, Diktat
Pengetahuan Bahan Seni Lukis,(Yogyakarta: Fakultas Seni Rupa Institut Seni
Yogyakarta, 1999), hlm,4.
[17] Novi Kurnia,
Supriyatiningtyas, SBK 5 Seni Budaya dan Ketrampilan, (Jakarta:Pusat
Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional, 2010), hlm, 56.
[18] Narimo, Eka Katminingsih,
Seni Budaya dan Ketrampilan,Untuk SD/MI kelas IV,(Jakarta:Pusat
Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional, 2010), hlm,72.
[19] Ari Subekti, Rantinah,
Supriyatiningtyas, Seni Budaya dan Ketrampilan, kelas IV SD/MI(Jakarta:Pusat
Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional, 2010), hlm, 56.
[20] Ibid, hlm. 60.
[21] Dwi Siswoyo, dkk., Ilmu.....,
(Yogyakarta : UNY Press, 2008), hlm. 132.
[22] Ippo Santoso, 13
wasiat terlarang! ...... (Jakarta:Elex Media Komputindo,2012), hlm.XXV.
[23] Ippo Santoso, 13
wasiat terlarang! ...... (Jakarta:Elex Media Komputindo,2012), hlm.27.
[24] Ippo Santoso, 13
wasiat terlarang! ...... (Jakarta:Elex Media Komputindo,2012), hlm.27.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar